Dimensi
Politik
Yanukovych dijatuhkan dari kursi
kepresidenan pada 22 Februari lalu (naik menjadi presiden 2010) oleh impeachment
Verkovhna Rada (parlemen unikameral/satu kamar Ukraina) dengan suara 328
dikarenakan tuduhan reaksi kekerasan menghadapi para pendemo di lapangan
Maidan-Kiev. Yanukovych menjadi aktor politik pro-Rusia, menjauhi UE-AS dan
NATO. Track record Yanukovych menjadikan ia sosok yang kontroversial semenjak
masuk di beberapa posisi pemerintahan awal tahun 2000an. Beberapa kebijakan
kontroversial sebagai Presiden misalnya menjadikan bahasa Rusia sebagai bahasa
resmi kedua, sensor media dan pengurangan kekuatan oposisi dengan pemenjaraan
pemimpin oposisi dari partai nasionalis “Fatherland” Yulia Tymoshenko pada
2011. Sentralisasi berlebih dengan pengurangan kontrol kekuasaan.
Pendemo yang kebanyakan etnis Ukraina
menganggap Yanukovych dan lingkaran dalam pemerintahan melakukan kleptokrasi
dan serangkaian fraud lainnya yang menyebabkan kondisi ekonomi memburuk.
Sentimen anti-Rusia meningkat, sekitar 100 patung pemimpin revolusioner Lenin
di jatuhkan di beberapa wilayah terhitung sejak Desember 2013 - Februari
2014.
Oleksandr Turchynov bertindak sebagai
presiden interim menggantikan Yanukovych dengan periode jabatan sampai
pemilihan presiden 25 Mei nanti. Pada 27 Februari Arseniy Yatseniuk (salah satu
pemimpin oposisi) terpilih menjadi PM dengan suara parlemen 371 dari 417.
Yatseniuk beberapa tahun terakhir mengincar jabatan eksekutif tertinggi tetapi
baru kali ini melalui tekanan sipil (demo) anti-pemerintah Yatseniuk mendapatkan
posisi awal dari beberapa langkah kedepan yang direncakannya. Posisi Yatseniuk
yang merupakan mantan menteri luar negeri membuka banyak peluang untuk
membicarakan aliansi, Yatseniuk merupakan sekutu dekat Barat (Eropa Barat) dan
AS.
Kemungkinan besar presiden yang terpilih
pada Mei nanti apabila keadaan masih ditangan anti-Rusia yaitu perempuan
bernama Yulia Tymoshenko. Sehingga duet Tymoshenko – Yatseniuk memuaskan hasrat
massa popular dan sekutu Barat. Untuk Ukraina secara umum oposisi naik menggantikan
pemerintahan berkuasa ditengah jalan periode kerja merupakan hal yang biasa
terjadi terutama sejak 2000an.
Dimensi
Keamanan
Bagi Rusia, Ukraina sebagai negara
tetangga “halaman” memainkan peran vital dalam geopolitik baik dimensi keamanan
pertahanan dan ekonomi. Kehilangan sekutu elit pemerintahan sama dengan
pengurangan grip. Reaksi Putin dan ahli strateginya menggunakan teknik fait
accompli untuk mendapatkan persetujuan parlemen Rusia untuk menurunkan pasukan
dengan pertama kali menyebar pasukan di Crimea (kota Sevastopol-
Simferopol).
Crimea merupakan wilayah Ukraina yang
terpisah berada di laut hitam yang mendapatkan kerjasama khusus Ukraina-Rusia
pada tahun 2010 (Presiden Yanukovych) untuk membentuk pangkalan armada laut.
Relasi militer-militer Rusia-Ukraina di Crimea sejauh ini bersimbiosis oleh
karena perubahan derajat politik di Kiev tidak serta merta merubah relasi di
lapangan dikarenakan otoritas militer yang terbelah. Crimea berstatus republik
otonomi dan daerah berpopulasi muslim terbesar di Ukraina, distribusi etnis
Russia sebagai mayoritas menggantikan persentase Muslim Tatar yang tersingkir
pada era Perang Dingin. Gelombang Muslim sendiri meningkat ketika daerah
tersebut dikuasai oleh kekaisaran Ottoman. Komposisi etnis dimana Rusia dominan
di wilayah ini dijadikan salah satu justifikasi penyebaran pasukan militer di
Crimea untuk melindungi living space etnis Rusia. Sementara di ruang geografis
lain dimana etnis Ukraina mayoritas, sentiment anti-Rusia terekskalasi.
Bagi sekutu Barat-AS-NATO, majunya jarak
armada laut khususnya di laut Hitam jelas menambah ancaman terlebih Rusia
ditangan Putin – Medvedev. Sebelumnya doktrin keamanan Rusia berubah terutama
pos-Soviet. Semenjak Boris Yetlsin berkonflik dengan Duma pada 1993 dan
beberapa konflik internal seperti Checen dan terutama naiknya Putin merubah
doktrin militer Rusia baik terhadap CIS, Eropa Barat dan AS. Perubahan utama
semenjak tahun 2000, NATO dijadikan ancaman eksternal dan bersifat aggressor
sedangkan ancaman internal pada gerakan separtisme.
Bagi para penstudi Hubungan
Internasional terutama yang berkonsentrasi pada kajian keamanan dan konflik
memberikan model geopolitik yang dijalankan Amerika Serikat ini sebagai
strategi Anaconda. Sebuah model pembatasan gerak geografis dengan serangkaian
blokade yang dipraktekkan pada perang sipil Amerika era Lincoln. Bagi Sekutu
Barat, ”melepaskan” Crimea dari Rusia yang akhirnya memberikan gerak mundur
bagi Rusia merupakan suatu mekanisme pembatasan. Begitu juga membatasi ruang
Rusia agar tidak memasuki Ukraina daratan demi keberlanjutan kubu oposisi di
puncak kekuasaan.
Bagi Rusia sendiri,
“melepaskan-memerdekakan” Crimea dari Ukraina merupakan opsi penting dari
kondisi hilangnya grip di Ukraina daratan. Jadi selain show force - detterence
yang diperlihatkan militer Rusia di Crimea, taktiknya adalah upaya preventif
munculnya model Anaconda yang dipraktekkan Barat tersebut. Tentunya bagi Rusia
kehadiran penguasa baru dengan membawa shield baru yaitu NATO akan mengancam
pertahanan mereka karena hadir dihalaman belakangnya. Bagi Rusia ini bukan
perimbangan kekuatan melainkan pelemahan kekuatan. Persoalan bukan soal subjek
Rusia semata misalnya kekuatan Rusia hadir di halaman AS di Meksiko atau
kehadiran pangkalan laut di Wales tentulah AS dan Inggris akan melakukan hal
serupa. Namun perbedaan signifikan antara Rusia dan AS – Inggris adalah leaders
really matter di Rusia.
Barry Buzan (2003:43-4) dalam teori regional
security complex mengatakan variabel proximitas geografis memberikan tekanan
dan interaksi keamanan berdinamisasi, dan kondisi keamanan negara saling
terkoneksi serta memberikan efek laanjut pada regional. Tentunya fenomena
ekonomi-politik-keamanan regional Eropa Timur maupun Eurasia berkorelasi erat
dengan fenomena perang dingin (Soviet-pos-Soviet). Perang Dingin tidak pernah
reda hanya skala dan porsinya saja yang fluktuatif dan model pergeseran bipolar
ke multipolar.
Ketakutan bagi oposisi yang kini naik
ketampuk kekuasaan Ukraina adalah lepasnya Crimea dan masuknya invasi sampai
berjarak dekat dengan Kiev. Atau kejadian seperti di South Ossetia-Georgia pada
Agustus 2008 dimana perang sepekan ini kurang terdengar di masyarakat umum
dikarenakan hingar bingar Olimpiade Beijing berlangsung pada saat bersamaan.
Sejauh ini model Georgia dan Ukraina
relatif sama yaitu menggunakan gerakan sipil (di Georgia revolusi Mawar pada
November 2003), presiden tumbang, naiknya kubu pro-AS-Barat (presiden
Shaakashvili) dan eratnya pertautan NATO dan salah satu ujung trajektorinya
adalah Georgia menjadi negara hub (pipeline BTC) strategi migas sekutu setelah
gagal mendapatkan Armenia. Tetapi dalam dimensi keamanan dan militer terdapat
perbedaan signifikan antara Georgia dan Ukraina yaitu relasi militer-militer.
Di Georgia sebelum tekanan sipil dalam revolusi para aparat militer telah
mendapatkan pelatihan dari NATO atau secara singkat telah terdapat relasi
militer Georgia-Sekutu. Sedangkan di Ukraina relasi militer berhubungan erat
denga Rusia.
Dimensi
Ekonomi
Para protestors pada akhir November 2013
menggunakan momentum ekonomi yaitu terpuruknya kondisi ekonomi dan penolakan
Yanukovych terhadap skema integrasi UE sebagai trigger disamping akumulasi
masalah lainnya. Penolakan Yanukovych bukan persoalan idologi dan semacamnya
tetapi penuh kalkulasi ekonomi. Dalam skema integrasi UE potensial nilai yang
dihasilkan jika dikalkulasi tidak sampai mencapai 2 milyar US dollar sedangkan
Kremlin menawarkan potensial nilai sebesar 15 milyar US dollar.
Kepentingan nasional Rusia dalam
“menjaga dan merawat” Ukraina salah satu yang terbesarnya adalah suplai migas
mereka ke Eropa Barat melalui jaringan pipa yang terbentang dari Siberia dan
beberapa hulu lainnya ke German dan negara lainnya. Geostrategis pertahanan dan
peletakan pangkalan armada laut di Crimea juga dapat dipandang dari sudut
politik migas, yaitu sebagai upaya pengamanan jalur pipa baik yang sudah
terinstal di Ukraina maupun yang diproposalkan. Seperti proposal South Stream konstruksi
jaringan pipa rantai suplai Rusia menuju ke Yunani - Italia dan sebelah Barat
sampai Austria melalui jalur laut Hitam menempatkan dimensi penting pertahanan
Crimea.
Jalur pipa yang telah terinstall dari
Rusia sampai ke German via Ukraina merupakan hal yang krusial untuk diamankan.
Perselisihan suplai energi ini akan merugikan milyaran dollar Rusia dan
ketahanan energi di Eropa Barat seperti yang terjadi beberapa tahun lalu.
Terlalu tingginya ketergantungan Eropa Barat akan suplai Rusia membuat power Rusia
membesar.
Hal inilah yang ditakutkan kedua belah
pihak yaitu bagi sekutu Barat jelas Rusia semakin agresif. Bagi Rusia power
bisa mengecil dikarenakan terbukanya peluang Ukraina meningkatkan tekanan
ekonomi (misalnya toll fee migas, membatalkan proyek pengadaan armada dan
perlengkapan militer dan sebagainya) yang mengundang pemain baru. Rusia
menghawatirkan pemain migas sekutu Barat yang beroperasi di Laut Kaspia
(Azerbaijan dan Kazakhstan) masuk menggantikan suplai Rusia ke Eropa Barat.
Artinya sebagian kecil kartu yang jatuh akan berefek rentetan lebih besar.
Dalam periode ini informasi yang beredar
sangat banyak. Beberapa diantaranya bermodel reportase yang menenggelamkam
pembaca pada lautan permukaan. Dari reportase kita dibantu mendapatkan cerita
jam per jam, hari per hari tetapi tidak dengan analisa. Dengan pengelompokan
kepentingan masing-masing pihak kita dapat mengetahui lebih jelas dan
terhindarkan dari macetnya proses berpikir dari tumpang tindihnya informasi.
Media massa nasional modelnya hanya menyadur dari media internasional.
Permasalahannya adalah media internasional ikut mengkonstruksi opini. Media
merupakan domain operasionalisasi power kewacanaan.
Dalam hal ini penstudi hubungan
internasional diharapkan mengetahui historitas, geopolitik Eropa Timur, aktor
politik dan sebagainya untuk membangun analisa. Kepentingan maupun motif itu
secara sederhana dapat dikelompokkan sebagai berikut: massa populer dan
solidaritas mekanik bertautan dengan freedom – dignity maupun heorisme lainnya,
penduduk mayoritas Crimea mendekat dengan Rusia (berpotensi referendum), muslim
Tatar menolak Rusia, pemimpin oposisi duduk di puncak kekuasaan sehingga UE –
AS – NATO lebih dekat kepada Ukraina melakukan reorganisasi modal baru, bagi
Rusia berupaya mempertahankan Ukraina daratan jika kalah berfokus pada
Crimea.
Ada kemungkinan model perang Georgia
berulang dengan konsekuensi Rusia kehilangan kekuasaan atas sebagian besar
Ukraina dan terfokus pada Crimea. Tapi tampaknya skenario perang akan sia-sia
bagi legitimasi Rusia yang sedang melorot drastis. Justru sebaliknya perang
akan memberikan efek penguatan bagi oposisi sekaligus membuka jalan jaringan
keamanan dan modal baru untuk masuk.
Skenario terlemah Rusia, adalah
memberikan asistensi ekonomi sehingga Ukraina menjadi patner. Strategi bersabar
(wait & see) jika keadaan tetap korup lima tahun kedepan terdapat peluang reverse
ke kubu Rusia melalui jalur demokrasi prosedural. Semua aktor interplay saling head
to head mengkalkulasi resiko dan strategi berdasarkan posisi organik
masing-masing dan yang nampak dipermukaan ialah pemimpin negara. Yang terlihat
nantinya hanya efek dari fenomena ini yaitu tekanan/saling ancam melalui jalur
diplomasi, perdagangan dan sebagainya.
Pihak Barat selalu menarasikan self
determination, standar ganda atas apa mereka lakukan di negara lain (Irak,
Libya). Secara konsep tidak ada yang salah dengan itu dan tidak ada yang netral
(either…or..). Untuk kasus Ukraina self determination akan sesuai kalkulasi
mereka (sekutu Barat). Inti dari selimut kondisi ini adalah sebuah motif
ekonomi melalui jalur politik yang membutuhkan pengamanan militer. Dan pihak
yang paling menderita adalah masyarakat biasa.
Muhaimin
Zulkhair
Jogja-Terban,
1 Maret 2014
0 komentar:
Posting Komentar